Kamis, Juli 30, 2009

Sahabat adalah Cermin


Persahabatan timbul biasanya karena adanya kecocokan satu sama lain. Setelah cocok, maka akan timbul interaksi satu sama lain, hingga akhirnya timbul rasa saling membutuhkan satu sama lain dalam hal menyelesaikan masalah. Baik itu masalah besar maupun masalah kecil.
Ketika kita mendengar semua masukan dan nasihat yang sahabat kita berikan, dan menjalankan apa yang dia berikan, maka secara tidak langsung dan perlahan prilaku kita mengikuti apa yang sahabat kita berikan pada kita. Hmm... secara tidak langsung bisa dikatakan kita adalah cermin dari sedikit kepribadian mereka pada saat-saat tertentu. Terutama pada saat kita menjalankan nasihat-nasihat dari mereka.
Lalu apa salahnya jika kita memang cermin dari sahabat dari kita? Apakah itu akan mengganggu sahabat kita?
Tentu saja dalam hal ini tidak ada yang salah, selama cermin di sana memperlihatkan sebuah kebaikan. Permasalahannya tidak semua cermin menampilkan gambar yang baik, terkadang cermin menampilkan hal-hal buruk yang mungkin tidak kita inginkan. Bila sudah begini apakah kita akan tetap senang melihat cermin tersebut.
Sebagian orang akan menghindari cermin tersebut dan membuang jauh-jauh cermin tersebut ke tong sampah. Sebagian lagi tetap memperhatikan cermin tersebut tanpa ada keinginan untuk merubahnya kembali seperti bentuk semula. Dan sebagian lagi berusaha untuk membersihkan cermin tersebut agar cermin tersebut bisa kembali bersih seperti semula.
Sahabat yang baik adalah sahabat yang bisa membersihkan cermin sahabatnya ketika cermin tersebut kotor. Ia selalu menjaga agar cermin tersebut bisa menjadi baik kembali, semua karena dirinya tahu cermin adalah bagian dari dirinya sebenarnya, ia tidak menipu dan jujur.
***
Sebagai sahabat kita harus bertindak sebagai pembersih cermin ketika sahabat kita berbuat salah. Kesalahan mereka adalah cermin dari diri kita sendiri, karena baik buruknya adalah bagian dari kita. Sungguh tidak adil ketika mereka berbuat salah kita hanya diam tanpa kata melihat kesalahannya, layaknya sebagian orang yang membiarkan cermin tersebut tetap kotor tanpa ada keinginan untuk dibersihkan.
Terlebih jika kita membuang cermin tersebut dengan alasan karena kita malu punya cermin tersebut, sungguh sebuah tindakan tidak setia kawan bukan? Bukankah di saat seperti ini kita seharusnya menjadi seorang yang lebih peduli dari sebelumnya? Bukankah ini saat yang tepat untuk membuktikan siapa sahabat sejati dan siapa yang bukan sahabat?
Bila memang kita adalah sahabat sejati, maka buktikanlah diri kita bisa membuat cermin dari sahabat kita menjadi lebih baik. Jadikan diri kita sebagai orang pertama yang membuat sahabat kita menjadi lebih baik dan lebih berarti dari sebelumnya. Karena itulah fungsi sahabat sebenarnya.
Jangan pernah menuntut banyak terhadap sahabat kita, namun berikan yang terbaik untuk kebaikan sahabat kita. Karena kita adalah sahabat sejati, karena kita adalah sahabat yang tulus. Selamat menghargai persahabatan....

Salam Inspirasi


Irawan Senda

Selasa, Juli 28, 2009

Selalu Ada Harapan...


Hidup ini bergerak
Ia tidak tetap di tempat seperti yang terlihat
Buktinya waktu tidak pernah berjalan mundur
Dan mentari tak berlawan arah

Karena itulah selalu ada harapan
Bagi jiwa-jiwa pejuang
Bagi jiwa-jiwa yang sabar
Bagi jiwa-jiwa yang menghargai eksistensi Sang Khalik dengan berdoa
Bagi jiwa-jiwa yang tak patah semangat

Selama mentari esok akan terbit
Maka selama itupula harapan selalu ada]

Jangan patah semangat sobat
Masih ada jalan bagi kita para pejuang kehidupan

Salam Inspirasi


Irawan Senda
Founder Komunitas Baca Buku
Author of Living Like a Puzzle

Minggu, Juli 26, 2009

Resensi Buku : It’s Not How Good You Are, It’s How Good You Want To Be


Judul Buku : It’s Not How Good You Are, It’s How Good You Want To Be
Penulis : Paul Arden
Penerbit : Phaidon
Genre : Non Fiction
Pembaca : Kalangan Bisnis dan Pelaku Advertising
Nilai : 5/5 (Versi Komunitas Baca Buku)

“Fiuh, lama tidak mereview karena sakit, kali ini saya akan mereview buku yang sangat bagus dan pantas untuk sobat KBB baca.”

Buku It’s Not How Good You Are, It’s How Good You Want To Be adalah buku pertama dari Paul Arden. Buku ke duanya Whatever You Think, Think The Opposite sudah pernah kita bahas di discussion board KBB.

Buku It’s Not How Good You Are, It’s How Good You Want To Be menceritakan tentang buah pemikiran Arden tentang ide dalam bekerja, hal-hal apa saja yang harus dilakukan dan ide-ide cemerlang apa saja yang harus kita tampilkan. Tidak hanya itu ia menggunakan pola-pola terbalik untuk menciptakan sebuah pemikiran dan ide tentang bagaimana kita menjalankan sebuah pekerjaan.

Salah satu kata-kata yang saya suka dalam buku ini adalah “It’s Right To Be Wrong.” Yah dalam hidup ini kita tidak mungkin tidak melakukan kesalahan, justru dengan semakin banyak kesalahan kita jadi tahu mana yang benar. Jadi tidak ada salahnya melakukan sesuatu yang salah. Bukan begitu?....

Yang unik dari buku ini tentu saja foto-foto yang tersaji dan terpampang di dalamnya. Buku ini di desain dengan kekuatan art yang tinggi, yup setiap pesan akan terkoneksikan dengan foto ataupun gambar, sehingga buku ini bisa dibilang penuh dengan kekuatan foto.

Di Indonesia versi terjemahannya belum ada, namun untuk buku keduanya yang berjudul Whatever You Think, Think The Opposite sudah diedarkan oleh Essensi (lini buku dari Erlangga Group), meski sayangnya buku-bukunya sudah mulai sulit didapatkan.

***

Actually, buku ini sangat bagus dan saya rekomendasikan buat sobat KBB. Meski kalau membeli buku harus pesan lewat Amazon.com dulu, namun isi dari buku ini sangat tidak mengecewakan. Harga bukunyapun hanya $ 8.95 saja, so gak mahal lah untuk sebuah buku yang berkualitas dan layak menjadi koleksi.

Ssst sebagai gambaran buku ini sudah mengalami delapan kali cetakan sejak terbit tahun 2003 lho, dan itu untuk wilayah America saja. Sebagai gambaran di America sekali cetak buku akan dicetak sebanyak 100 ribu copy, artinya sudah delapan ratus ribu copy buku terjual di America saja, nck…nck… menarik bukan?

Salam Inspirasi


Irawan Senda
Founder dan Chairman Komunitas Baca Buku
Penulis Living Like a Puzzle

Jumat, Juli 24, 2009

Sukses dari sudut pandang berbeda....


Beberapa waktu lalu saya bertemu seorang mentor yang sangat hebat. Ia memiliki banyak sekali pengalaman dalam dunia training. Hampir semua gelar dari training-training dengan metode mutakhir ia pelajari. Puluhan bahkan ratusan juta telah ia keluarkan untuk mempelajari semua ilmu tersebut. Karena banyaknya metode yang ia pelajari, maka ia putuskan untuk jadi seorang trainer di Indonesia.
Seiring dengan berjalannya waktu, usaha trainingnya cukup maju dan ia mendapatkan banyak klien dari trainingnya. Meski namanya tidak seterkenal James Gwee, Tung Desem Waringin dan Anthony Robins, klien perusahaannya terus bertambah banyak dan perusahaan trainingnyapun berkembang dengan sangat cepat.
Melihat hal tersebut banyak orang memujinya karena kesuksesan yang ia dapatkan, tidak terkecuali saya yang senang dengan keberhasilannya.
Meski pada kenyataannya semua terlihat baik dan sukses, nyatanya tidak seperti yang terlihat dan dibayangkan.
Tahukah sobat?
Sang trainer yang terkenal ini memiliki sebuah masalah hebat dalam rumah tangganya, ia dan istrinya selalu bertengkar. Tiada hari tanpa percekcokan rumah tangga yang mengelilingi rumah tangganya. Hari-harinya selalu hampa dan kosong, ia seperti mengalami kekosongan bathin yang mendalam di dirinya.
Pelatihan-pelatihan yang ia keluarkan selama ini, bukanlah untuk menjadi trainer. Ia hanya ingin bisa menghadapi diri sendiri. Menghadapi dari semua tekanan, menghadapi diri dari kenyataan dan menghadapi diri bahwa dirinya tidak sesempurna yang orang bayangkan. Ia hanya ingin terbebas dari semua masalah yang membelitnya....
Sayangnya semua ilmu yang ia dapatkan tidak bisa membuat dirinya setegar dan sehebat yang orang pikir. Pernikahannya kini hancur dan sekarang tidak ada yang bisa membantu dirinya dalam menghadapi semua masalah.
Kini yang ada hanyalah dirinya, yah dirinya saja....
***
Pada bagian hidup lainnya, ada seorang tua renta yang memiliki kondisi keuangan yang sangat terbatas, bajunya kumel dan lusuh, orang lain memandang dirinya dengan sebelah mata karena apa yang ia tampilkan sangatlah buruk. Kehidupannya miskin dan hidupnya hanya ditopang dengan bermain musik saja. Dengan berbekal sebuah gitar, ia mengamen dari kopaja ke kopaja dan sesekali hinggap di bis luar kota, semua hanya untuk membantu sang cucu yang ingin melanjutkan sekolah karena ditinggal meninggal oleh kedua orang tuanya. Alhasil setiap sang kakek kerja mencari uang, ia hanya ditemani sang nenek.
Impian pria tua ini sungguh mulia, ia ingin menyekolahkan cucunya sampai jenjang perguruan tinggi. Dan ia merasa bahagia bisa berjuang untuk cucunya meski umurnya sudah tidak semuda dulu lagi....
Tahun demi tahun ia lalui dengan berat, krisis keuangan yang meliputi dirinya terkadang menjadi ganjalan besar dalam mewujudkan niatnya untuk menyekolahkan sang cucu hingga jenjang perguruan tinggi. Meski begitu tekad untuk mewujudkan mimpi sang cucu sudah bulat. Dan ia ingin melihat sang cucu sampai ke podium menerima toga.....
Sampai akhirnya, ia bisa melihat sang cucu berdiri tegak di podium. Ia sangat bangga dan senang kepadanya karena semua impiannya telah tercapai, kini ia menjadi seorang yang sukses. Bukan di mata orang lain, bukan pula di mata para pemuja. Ia menjadi sukses di mata diri sendiri dan di mata Allah....
***
Sobat, ternyata menjadi orang yang sukses itu mudah. Ukurannya bisa kita tentukan dan rasanya bisa kita ciptakan dengan sebuah perjuangan. Dari dua kisah ini saya belajar banyak tentang makna kesuksesan untuk diri saya secara pribadi...
Pertama, tidak yang semua terlihat sukses itu adalah kesuksesan sejati. Seringkali topeng materi menutup semuanya, hingga semua terlihat sempurna....
Kedua, menjadi seorang yang sukses itu butuh kesederhanaan, kita tidak perlu tahu banyak semua teori hidup. Kita hanya butuh mendengar petunjuk-petunjuk yang diberikan Allah pada kita dan menjadikan buku-buku yang ada sebagai salah satu alat untuk mencapai kesuksesan.
Ketiga, kebanggaan kita pada sesuatu bukanlah dinilai dari seberapa banyak orang menghargai diri kita, namun seberapa besar yang kita lakukan untuk orang lain....
Keempat, jangan pernah menyerah dalam situasi apapun, karena selalu ada jalan dari setiap masalah. Percaya dan yakinlah sobat....

Salam Inspirasi


Irawan Senda
Founder Komunitas Baca Buku
Author of Living Like a Puzzle

Rabu, Juli 22, 2009

Benarkah Motivasi butuh membara?


Pada dasarnya setiap orang memiliki motivasi yang sangat besar yang akan keluar secara tidak sadar jika ada sebuah tekanan yang kuat dalam dirinya. Hingga tidak heran banyak orang mulai mencoba memotivasi diri dengan membayar para trainer untuk bisa memotivasi diri sendiri....

Sebenarnya hal ini tidak perlu terjadi bila kita semua sadar. Sadar akan konsistensi kita untuk mengerjakan hal yang kita anggap penting. Pertanyaannya adalah sudahkah kita paham apa yang penting untuk diri kita dan apa yang tidak penting untuk diri kita? Sudahkah kita sadar dan paham makna sebuah kepentingan yang dibalut konsistensi?

Saya tidak bisa menjawab dengan pasti, satu hal sobat pembaca bisa membaca dengan pikiran dan nurani....

Salam Inspirasi


Irawan Senda
Ketua dan Pendiri Komunitas Baca Buku
Author of Living Like a Puzzle