Sabtu, Juli 26, 2008


Sebuah Pengalaman Menarik Tanggal 14 April 2008

Langit mendung mengelilingi perjalanan saya ke sebuah toko buku yang kata orang terbesar di Indonesia. Saya dengan seorang sahabat pergi ke sana menembus ruang dan waktu. Dimana kala itu setiap orang mengerjakan rutinitas dalam hidupnya. Kedatangan kami kesana memang ingin melihat seseorang yang luar biasa dalam bermusik. Kemampuannya mampu menunjukan pada dunia bahwa keterbatasan adalah sebuah rangkaian keindahan jika kita bisa melihat hikmah di balik kehendak-Nya.

Sesampai di sana kami di sambut hangat oleh pegawai toko buku, mereka berjajar rapih menyambut kedatangan para pengunjung.

Hari ini saya memang khusus melihat seseorang yang sudah lama saya kenal dalam layar kaca, yang selama ini belum pernah saya lihat langsung. Dia adalah Hee Ah Lee, seorang anak perempuan yang pandai memainkan piano dengan umur yang tidak berbeda jauh dengan saya. Yang membuat dia berbeda dengan orang lain adalah dia hanya memiliki dua jari di masing-masing tangannya.

Di tengah keterbatasannya dia tidak malu ataupun minder menghadapi hidup. Dia berusaha menunjukkan pada dunia, keterbatasan adalah sebuah keindahan jika kita menjalaninya dengan tulus, ikhlas dan tanpa mengeluh. Di balik senyum mungilnya tersimpan doa-doa dari sang ibu yang menguatkan dirinya hingga saat ini.

Kala itu Hee Ah datang dengan diantar oleh ibu, manajer, penulis buku Hee Ah Lee, penerjemah dan promotornya. Dia datang dengan sebuah kekuatan dari semua keterbatasannya.

Moderator mulai mengenalkan dirinya dan pertama-tama kami disuguhkan oleh sebuah cuplikan film siapa sebenarnya Hee Ah Lee. Kami mulai melihat film tersebut, meski saya sudah pernah melihat film tersebut, saya tidak pernah merasakan kebosanan hari itu. Entah karena ada pelaku dari film tersebut atau karena saya memang senang melihat film tersebut meski diulang-ulang.

Selesai film tersebut mulailah sang ibu (Woo Kap Sun) memulai perbincangan yang sarat dengan makna kehidupan. Sang ibu menjelaskan bagaimana seorang Hee Ah terlahir ke dunia ini. Kala itu dirinya sudah tahu akan melahirkan bayi dengan keadaan cacat, karena sudah di beri tahu oleh sang dokter. Karena keadaan seperti itu membuat sang keluarga besar memerintahkan Woo Kap Sun untuk menggugurkan janin yang ada di rahimnya.

Woo Kap Sun kala itu tidak gentar, naluri keibuannya membuat dia harus mempertahankan anak yang ada dalam janinnya hingga lahir, apapun yang terjadi. Hingga lahirlah seorang anak perempuan yang baginya adalah cahaya bulan yang bersinar menerangi hidupnya dengan dua buah tangan bagai bunga tulip yang merekah di siang hari. Meski begitu kebahagiaannya tidak di rasakan keluarga besarnya. Mereka lagi-lagi merasa malu dan memerintahkan Woo Kap Sun untuk menitipkan Hee Ah ke panti asuhan.

Meski begitu Woo Kap Sun tidak setuju dengan gagasan mereka. Sang ibu bertekad untuk membesarkan sang anak apapun yang terjadi.

Cerita tersebut membuat kami para audience pada saat itu menjadi terharu. Jujur secara pribadi saya meneteskan mata ketika Woo Kap Sun bercerita, karena dalam hidup ini ternyata ada orang yang begitu tulus dan ikhlas mencintai diri kita tanpa mengenal lelah sedikitpun. Dan ternyata dia adalah seorang ibu. Makhluk yang diciptakan Allah dengan segala ketulusan dan cinta.

Mereka melahirkan kita dunia dengan sebuah pengorbanan besar mempertaruhkan hidupnya hanya untuk melahirkan seorang anak. Mereka juga tercipta untuk memberikan keindahan dalam hidup yang akan selalu terkenang dalam hidup. Dan pemberian itu adalah kasih sayang tiada henti hingga akhir menjemput. Terima kasih ibu, karena setiap detik ini tidak akan berarti tanpa kasih sayangmu. Terima Kasih Woo Kap Sun, telah mengajarkan bagaimana kita harus bersikap dengan seorang ibu.

(dikutip dari buku ke dua Irawan Senda)

0 komentar:

Posting Komentar